KEBISINGAN
I. Konsep-konsep dasar dan terminologi
Suara
Suara dihasilkan bila suatu sumber bunyi menggerakkan udara sekitarnya dalam gerakan gelombang.
Gerakan akan menyebar ke partikel-partikel udara yang jauh dari sumber bunyi.
Bunyi merambat di udara dengan kecepatan 340 m/det.
Kecepatan merambat dalam cairan dan zat pada lebih besar dibandingkan dengan di udara. Sebagai gambaran 1500 m/det dalam air dan 5000 m/det di dalam baja
Frekuensi (Hz)
Frekuensi dari gelombang bunyi dinyatakan dalam banyaknya getaran per detik, diukur dalam satuan hertz (Hz).
Bunyi dapat ditemukan dalam range frekuensi yang besar.
Bunyi yang dapat di dengar oleh orang muda antara 20 Hz s/d 20.000 Hz. Batas antara frekuensi rendah dan frekuensi tinggi pada umumnya ditetapkan pada 1000 Hz,
Kebisingan
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat, proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Kepmenaker No. 51 tahun 1999)
Nilai Ambang Batas (NAB) '
Nilai Ambang Batas adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam saminggu (Kepmenaker No. 51 tahun 1999).
Dengan berlakunya Kepmenaker yang baru ini, maka Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE 01/Men/I978 tentang Nilai Ambang Batas untuk Iklim kerja dan Kebisingan di tempat kerja dinyatakan tidak berlaku lagi. NAB kebisingan ditetapkan sebesar 85 dBA. Kebisingan yang melampaui NAB, waktu pemajaman ditetapkan sebagai berikut:
NILAI AMBANG BATAS KEBISINGAN
Waktu pemajaman perhari Intensitas kebisingan dalam dBA
8 jam 85
4 jam 88
2 jam 91
1 jam 94
30 menit 97
15 menit 100
7.5 menit 103
3.75 menit 106
1.88 menit 109
0.94 menit 112
28.12 detik 115
14.06 detik 118
7.03 detik 121
3.52 detik 124
1.76 detik 127
0.88 detik 130
0.44 detik 133
0.22 detik 136
0.11 detik 139
Catatan : Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.
Infrasound dan ultrasound
Bunyi dengan frekuensi dibawah 20 Hz dinamakan infrasound dan bunyi dengan frekuensi melebihi 20.000 Hz disebut ultrasound.
Sound Pressure Level (Decible)
Tekanan-tekanan bunyi biasa dijelaskan menggunakan skala logaritma. Bila tekanan suara dinyatakan dalam decibel itu menunjukan Sound Level Pressure (SPL).
\Telinga manusia dapat merasakan tekanan-tekanan akustik dalam range yang lebar, dan 0,00002 Pa pada ambang pendengaran sampai 200 Pa pada ambang kesakitan.
Skala decibel membuat pengukuran kebisingan lebih dapat diatur. Untuk mengubah tekanan suara menjadi Sound Pressure Level hubungan berikut digunakan :
Sound Pressure Level (dB) = 10 log p2/po2 = 20 log p/po
Dimana : p = tekanan dalam pascal, po = tekanan refernce.
Tekanan suara pada ambang pendengaran untuk manusia adalah 0,00002 pa (2 X 10-3 pa) pada 1000 Hz dan nilai ini umum dipakai sebagai tekanan reference (po).
SPL pada ambang pendengaran oleh karena itu :
10 log (0,00002)2/(0,00002)2 = 0 dB
decibel tidak dapat ditambah secara langsung, SPL harus diubah menjadi p2 kemudian baru dijumlahkan.
II. Pengukuran Kebisingan
Di dalam industri, sebagian besar pengukuran kebisingan dibuat dengan alasan-alasan sebagai berikut :
1. Untuk mengasses keterpaparan kebisingan secara perorangan yang dikaitkan dengan resiko kerusakan pendengaran dan komunikasi
2. Untuk mengasses sumber kebisingan sebagai dasar tindakan pengendalian
3. Untuk mengasses kriteria gangguan kebisingan umum dalam rangka penegakan peraturan perundang-undangan.
Sound Level Meter
Sound Level Meter mengubah tekanan suara menjadi sinyal listrik melalui mikropon.
Sinyal kemudian diperkuat dan dilewatkan pada sebuah frequency weighting network atau sebuah external frequency filter.
Sinyal kemudian diperkuat atau diperlemah dan selanjutnya diproses untuk memberikan nilai root mean square (RMS). Nilai RMS dan sebuah sinyal sebanding dengan kandungan energinya.
Sinyal kemudian diproses dari linear ke logaritma untuk mendapatkan pembacaan dalam decibel.
Analisis Frequency
Adalah sering diperlukan untuk memperoleh informasi tentang spektrum frekuensi dari sebuah suara yang kompleks. Analisis frekuensi merupakan dasar untuk merancang cara-cara pengendalian kebisingan termasuk pemilihan pelindung pendengaran. Range frekuensi dibagi menjadi band-band frekuensi oleh filter elektronik. Masing-masing band mempunyai frekuensi tengah. Frekuensi tengah oktave band biasanya diukur pada 31.5; 63; 125; 250; 500; 1K; 2K, 4K; 8K; dan 16Khz. Band 1 khz mengukur frekuensi antara 707 dan 1414 Hz. Oktave band bisa dibagi menjadi 3 untuk memberikan penjelasan lebih detail terhadap spektrum.
Peak Sound Pressure Level
Beberapa alat ukur mempunyai sirkit pembaca peak yang mencatat nilai tertinggi yang dicapai oleh sinyal. Pembacaan peak berguna untuk pengukuran suara-suara impulsive tetapi sebaiknya tidak digunakan sebagai indikasi kandungan energi dari sebuah gelombang suara.
Equivalent Continous Soun Level, Leq
Leq mengukur kandungan energi dari suara yang berfluktuasi dan memberikan suatu level yang equivalent dengan suara yang tidak bervariasi secara kontinyu dengan kandungan energi yang sama Leq dapat dianggap sebagai suatu energi kebisingan rata-rata setelah waktu pengukuran tertentu.
III. Survey kebisingan
Tujuan dari survey keterpaparan kebisingan adalah untuk mengidentifikasikan pekerja yang terpapar kebisingan di atas tingkat kriteria yang ditetapkan. Suatu survey kebisingan perorangan memerlukan :
1. Lokasi daerah-daerah kebisingan.
2. Assesment keterpaparan kebisingan setiap hari dari orang yang bekerja di daerah bising.
Survey pendahuluan akan mengidentifikasi daerah-daerah yang mungkin melampaui tingkat kebisingan. Survey yang lebih detail dapat dibuat pada tahap selanjutnya dengan menggambar boise contour map. Pengukuran-pengukuran dapat diambil pada titik-titik yang bervariasi dari mesin atau proses yang bising. Biasanya tingkat kebisingan yang diterima pekerja setiap hari tidaklah konstan, maka perlu dirata-rata dengan waktu istirahatnya.
Prinsip Kesamaan Energi
Keterpaparan kebisingan tidak berarti hanya tingkat kebisingan yang dialami sebenarnya tetap juga lamanya terpapar, Bertambahnya 3 dB SPI. berarti bahwa energi akustikdobel. Ini berarti bahwa bila sescorang terpapar 85 dBA selama 8 jam akan eqivalen dengan terpapar 4 jam oleh kebisingan 88 dBA. Bila konsep kesamaan energi diterapkan.
Konsep Noise Dose
Daily Noise Dose (DND) adalah angka yang menyatakan energi akustik rata-rata yang diterima oleh telinga setelah sehari bekerja. DND sama dengan 1, didefinisikan sebagai ekivalen dengan keterpaparan selama 8 jam oleh tingkat kebisingan 90 dBA. Terpapar 8 jam oleh suara 93 dBA adalah ekivalen dengan DND = 2. DND bisa dihitung dengan nanus sbb :
DND = antilog (L - 90)/10
Dimana L = rata-rata atau Leq tingkat kebisingan.
Partial Noise Dose (PND)
Untuk mengasses DND dan pekerja yang terpapar bermacam-macam tingkat suara setiap hari digunakan Partial Noise Dose (PND). Sebagai contoh, bila seseorang bekerja selama 2 jam di ruangan dengan tingkat kebisingan 100 dBA, kemudian pindah ke ruangan lain selama 5 jam terpapar oleh suara 85 dBA dan 1 jam untuk; istirahat makan siang; pada 77 dBA. PND dapat dihitung untuk tiap-tiap job atau aktifitas dan dijumlahkan untuk memperoleh DND. PND dihitung menggunakan rumus :
PND = T/8 antilog (L.-90)/10
Dimana T = lamanya terpapar tingkat kebisingan L dBA.
Contoh perhitungan Noise Dose
Aktifitas/operasi Durasi Noise level (dBA) PND
Grinding
Benchwork
Lunch 2 jam
5 jam
1 jam 100
85
77 2.5
0.2
0.0063
2,7063
Untuk mengubah ke equivalent cotuonous level dipakai rumus :
Leq = 10 log DND + 90
= 4,3 + 90
= 94,3 dBA
IV. Dasar-dasar kontrol kebisingan
Dua pendekatan dasar untuk mengendalikan kebisingan adalah ;
1. Pengendalian pada sumber kebisingan
Pengendalian kebisingan sebaiknya dimulai pada sumbernya, dengan mengganti proses yang bising atau memodifikasi, sehingga kebisingannya berkurang. Macam-macam pengendalian dapat berupa :
• Perancangan mesin-mesin yang tenang / tidak berisik
• Pemberian mesin-mesin tenang
• Modifikasi mesin
• Menggunakan elemen-elemen yang fleksibel
• Perawatan mesin yang baik
2. Memotong jalur antara sumber kebisingan dan penerima kebisingan (termasuk pada pengendalian dengan pelindung telinga)
Memotong jalur transmisi kebisingan, langkah-langkahnya dapat berupa :
• Menambah jarak antara sumber bising dan penerima
• Menggunakan bantalan ahli vibrasi di bawah mesin
• Memakai personel enclosure
• Menggunakan bahan peredam suara
Personal Hearing Protection
Bila pengendalian kebisingan secara teknis maupun administrasi tidak mengurangi kebisingan sampai batas yang dikehendaki, maka pekerja sebaiknya dilengkapi dengan pelindung pendengaran yang efektif. Untuk perlindungan yang efektif, alat pelindung perlu dipakai setiap saat oleh pekerja di tempat-tempat bising.
Macam-macam pelindung pendengaran
Pada prinsipnya ada 2 jenis alat pelindnng pendengaran, yaitu sumbat telinga dan tutup telinga
1. Sumbat telinga (earplug)
Sumbat telinga yang baik dapat menahan suara dengan frekuensi tertentu saja, sedang frekuensi untuk bicara biasa (komunikasi) tidak terganggu. Kelemahan sumbat telinga antara lain :
• Ukuran tidak tepat dengan ukuran lobang telinga pemakai
• Kadang-kadang lobang telinga kanan tidak sama dengan lobang telinga kiri
Biasanya terbuat dari karet, plastik keras, plastik lunak, lilin, dan kapas. Yang sering dipakai adalah dari jenis karet dan plastik lunak, karena bisa menyesuaikan dengan bentuk lobang telinga. Daya lindung (atenuasi)nya berkisar antara 25-30 dB. Kebocoran sedikit saja dapat mengurangi atenuasi sampai dengan 15 dB. Sumbat telinga dari lilin, bisa dari lilin murni atau dilapisi kertas/kapas. Kelemahannya sangat terpengaruh oleh iklim panas sehingga ukurannya berkurang dan lekas kotor. Sumbat telinga dari kapas atenuasinya paling kecil, yaitu 2-12 dB.
2. Tutup telinga (earmuff)
Pelindung ini mempunyai beberapa keuntungan :
• Ukuran cocok dengan sebagian besar telinga pemakainya
• Mempunyai daya atenuasi lebih tinggi
Pada frekuensi biasa( ± 4000 Hz) = 25 -30dB
Pada frekuensi 2800 - 4000 Hz = 25 - 45 dB.
Untuk keadaan khusus dapat dikombinasikan antara tutup telinga dan sumbat telinga, sehingga daya atenuasinya dapat lebih tinggi, tapi tidak dapat mencapai lebih dari 50 dB karena hantaran suara melalui tulang kepala masih ada.
Efek-Efek yang merugikan dari kebisingan
kebisingan dapat menimbulkan efek yang merugikan terhadap manusia, tidak hanya kemungkinan kerusakan pendengaran tetapi dapat lebih jauh lagi, yaitu menyebabkan gangguan komunikasi dan efisiensi kerja.
Efek-efek yang merugikan pada manusia meliputi ;
1. Temporary hearing loss atau Temporary Threshold Shift (TTS)
Bila telinga dikenai Sound Pressure Level yang sedang atau tinggi untuk waktu yang singkat, temporary hearing loss mungkin akan dialami. Hal ini dapat ditandai dengan adanya kenaikan tingkat ambang pendengaran. TTS bisa juga disertai dengan telinga yang berdengung secara kontinyu yang disebut tinnitus. Recovery dan efek ini memerlukan waktu dan tergantung pada tingkat paparan kebisingan. Bila paparan kebisingan begitu hebat atau sering terjadi berulang-ulang maka sebelum rceovery TTS berlangsung sempurna kemungkinan akan berubah menjadi Permanent Hearing Loss. Gambar dibawah menjelaskan pemaparan tingkat kebisingan dan waktu yang diperlukan untuk recovery :
2. Permanent Hearing Loss atau Permanen Threshold Shift (PTS)
Permanent Threshold shift bisa disebabkan oleh :
a. Acoustic rauma
Suara ledakan yaitu hebat dapat memecahkan gendang telinga. merusakan ossicles dan menghancurkan sel-sel sensor pendengaran dari organ cortl dan sekelilingnya. Bila tingkat kebisingan diatas 140 dB maka kerusakan pendengaran akan segera terjadi.
b. Chronic noise-induce hearing loss
Terpapar kebisingan yang berulang-ulang dan berlangsung selama bertahun-tahun dapat menyebabkan permanent hearing loss. Gambar berikut menunjukan serangkaian audiogram yang diambil dari orang. yang menderita hilang pendengaran pada berbagai tingkat kebisingan
3. Gangguan Komunikasi
Kebisingan akan menyebabkan seseorang kesulitan berkomunikasi satu sama lain karena satu suara akan menutup suara yang lain. Kesulitan ini akan mulai muncul terutama bila tingkat kebisingan melibihi 90 dBA. Gambar dibawah menunjukkan kualitas komunikasi yang dipengaruhi oleh tingkat kebisingan dan jarak bicara komunikasi
4. Efek-Efek lain
Meskipun penelitian terhadap efek kebisingan belum begitu lengkap, namun kelihatan bahwa kebisingan dapat menyebabkan denyut nadi meningkat, tekanan darah bertambah dan penyempitan pembuluh darah. Setelah melewati waktu yang lama dapat menambah beban jantung. Pekerja yang terpapar kebisingan kadang-kadang mengeluh gelisah, tidak dapat tidur dan kecapaian.
I. Konsep-konsep dasar dan terminologi
Suara
Suara dihasilkan bila suatu sumber bunyi menggerakkan udara sekitarnya dalam gerakan gelombang.
Gerakan akan menyebar ke partikel-partikel udara yang jauh dari sumber bunyi.
Bunyi merambat di udara dengan kecepatan 340 m/det.
Kecepatan merambat dalam cairan dan zat pada lebih besar dibandingkan dengan di udara. Sebagai gambaran 1500 m/det dalam air dan 5000 m/det di dalam baja
Frekuensi (Hz)
Frekuensi dari gelombang bunyi dinyatakan dalam banyaknya getaran per detik, diukur dalam satuan hertz (Hz).
Bunyi dapat ditemukan dalam range frekuensi yang besar.
Bunyi yang dapat di dengar oleh orang muda antara 20 Hz s/d 20.000 Hz. Batas antara frekuensi rendah dan frekuensi tinggi pada umumnya ditetapkan pada 1000 Hz,
Kebisingan
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat, proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Kepmenaker No. 51 tahun 1999)
Nilai Ambang Batas (NAB) '
Nilai Ambang Batas adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam saminggu (Kepmenaker No. 51 tahun 1999).
Dengan berlakunya Kepmenaker yang baru ini, maka Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE 01/Men/I978 tentang Nilai Ambang Batas untuk Iklim kerja dan Kebisingan di tempat kerja dinyatakan tidak berlaku lagi. NAB kebisingan ditetapkan sebesar 85 dBA. Kebisingan yang melampaui NAB, waktu pemajaman ditetapkan sebagai berikut:
NILAI AMBANG BATAS KEBISINGAN
Waktu pemajaman perhari Intensitas kebisingan dalam dBA
8 jam 85
4 jam 88
2 jam 91
1 jam 94
30 menit 97
15 menit 100
7.5 menit 103
3.75 menit 106
1.88 menit 109
0.94 menit 112
28.12 detik 115
14.06 detik 118
7.03 detik 121
3.52 detik 124
1.76 detik 127
0.88 detik 130
0.44 detik 133
0.22 detik 136
0.11 detik 139
Catatan : Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.
Infrasound dan ultrasound
Bunyi dengan frekuensi dibawah 20 Hz dinamakan infrasound dan bunyi dengan frekuensi melebihi 20.000 Hz disebut ultrasound.
Sound Pressure Level (Decible)
Tekanan-tekanan bunyi biasa dijelaskan menggunakan skala logaritma. Bila tekanan suara dinyatakan dalam decibel itu menunjukan Sound Level Pressure (SPL).
\Telinga manusia dapat merasakan tekanan-tekanan akustik dalam range yang lebar, dan 0,00002 Pa pada ambang pendengaran sampai 200 Pa pada ambang kesakitan.
Skala decibel membuat pengukuran kebisingan lebih dapat diatur. Untuk mengubah tekanan suara menjadi Sound Pressure Level hubungan berikut digunakan :
Sound Pressure Level (dB) = 10 log p2/po2 = 20 log p/po
Dimana : p = tekanan dalam pascal, po = tekanan refernce.
Tekanan suara pada ambang pendengaran untuk manusia adalah 0,00002 pa (2 X 10-3 pa) pada 1000 Hz dan nilai ini umum dipakai sebagai tekanan reference (po).
SPL pada ambang pendengaran oleh karena itu :
10 log (0,00002)2/(0,00002)2 = 0 dB
decibel tidak dapat ditambah secara langsung, SPL harus diubah menjadi p2 kemudian baru dijumlahkan.
II. Pengukuran Kebisingan
Di dalam industri, sebagian besar pengukuran kebisingan dibuat dengan alasan-alasan sebagai berikut :
1. Untuk mengasses keterpaparan kebisingan secara perorangan yang dikaitkan dengan resiko kerusakan pendengaran dan komunikasi
2. Untuk mengasses sumber kebisingan sebagai dasar tindakan pengendalian
3. Untuk mengasses kriteria gangguan kebisingan umum dalam rangka penegakan peraturan perundang-undangan.
Sound Level Meter
Sound Level Meter mengubah tekanan suara menjadi sinyal listrik melalui mikropon.
Sinyal kemudian diperkuat dan dilewatkan pada sebuah frequency weighting network atau sebuah external frequency filter.
Sinyal kemudian diperkuat atau diperlemah dan selanjutnya diproses untuk memberikan nilai root mean square (RMS). Nilai RMS dan sebuah sinyal sebanding dengan kandungan energinya.
Sinyal kemudian diproses dari linear ke logaritma untuk mendapatkan pembacaan dalam decibel.
Analisis Frequency
Adalah sering diperlukan untuk memperoleh informasi tentang spektrum frekuensi dari sebuah suara yang kompleks. Analisis frekuensi merupakan dasar untuk merancang cara-cara pengendalian kebisingan termasuk pemilihan pelindung pendengaran. Range frekuensi dibagi menjadi band-band frekuensi oleh filter elektronik. Masing-masing band mempunyai frekuensi tengah. Frekuensi tengah oktave band biasanya diukur pada 31.5; 63; 125; 250; 500; 1K; 2K, 4K; 8K; dan 16Khz. Band 1 khz mengukur frekuensi antara 707 dan 1414 Hz. Oktave band bisa dibagi menjadi 3 untuk memberikan penjelasan lebih detail terhadap spektrum.
Peak Sound Pressure Level
Beberapa alat ukur mempunyai sirkit pembaca peak yang mencatat nilai tertinggi yang dicapai oleh sinyal. Pembacaan peak berguna untuk pengukuran suara-suara impulsive tetapi sebaiknya tidak digunakan sebagai indikasi kandungan energi dari sebuah gelombang suara.
Equivalent Continous Soun Level, Leq
Leq mengukur kandungan energi dari suara yang berfluktuasi dan memberikan suatu level yang equivalent dengan suara yang tidak bervariasi secara kontinyu dengan kandungan energi yang sama Leq dapat dianggap sebagai suatu energi kebisingan rata-rata setelah waktu pengukuran tertentu.
III. Survey kebisingan
Tujuan dari survey keterpaparan kebisingan adalah untuk mengidentifikasikan pekerja yang terpapar kebisingan di atas tingkat kriteria yang ditetapkan. Suatu survey kebisingan perorangan memerlukan :
1. Lokasi daerah-daerah kebisingan.
2. Assesment keterpaparan kebisingan setiap hari dari orang yang bekerja di daerah bising.
Survey pendahuluan akan mengidentifikasi daerah-daerah yang mungkin melampaui tingkat kebisingan. Survey yang lebih detail dapat dibuat pada tahap selanjutnya dengan menggambar boise contour map. Pengukuran-pengukuran dapat diambil pada titik-titik yang bervariasi dari mesin atau proses yang bising. Biasanya tingkat kebisingan yang diterima pekerja setiap hari tidaklah konstan, maka perlu dirata-rata dengan waktu istirahatnya.
Prinsip Kesamaan Energi
Keterpaparan kebisingan tidak berarti hanya tingkat kebisingan yang dialami sebenarnya tetap juga lamanya terpapar, Bertambahnya 3 dB SPI. berarti bahwa energi akustikdobel. Ini berarti bahwa bila sescorang terpapar 85 dBA selama 8 jam akan eqivalen dengan terpapar 4 jam oleh kebisingan 88 dBA. Bila konsep kesamaan energi diterapkan.
Konsep Noise Dose
Daily Noise Dose (DND) adalah angka yang menyatakan energi akustik rata-rata yang diterima oleh telinga setelah sehari bekerja. DND sama dengan 1, didefinisikan sebagai ekivalen dengan keterpaparan selama 8 jam oleh tingkat kebisingan 90 dBA. Terpapar 8 jam oleh suara 93 dBA adalah ekivalen dengan DND = 2. DND bisa dihitung dengan nanus sbb :
DND = antilog (L - 90)/10
Dimana L = rata-rata atau Leq tingkat kebisingan.
Partial Noise Dose (PND)
Untuk mengasses DND dan pekerja yang terpapar bermacam-macam tingkat suara setiap hari digunakan Partial Noise Dose (PND). Sebagai contoh, bila seseorang bekerja selama 2 jam di ruangan dengan tingkat kebisingan 100 dBA, kemudian pindah ke ruangan lain selama 5 jam terpapar oleh suara 85 dBA dan 1 jam untuk; istirahat makan siang; pada 77 dBA. PND dapat dihitung untuk tiap-tiap job atau aktifitas dan dijumlahkan untuk memperoleh DND. PND dihitung menggunakan rumus :
PND = T/8 antilog (L.-90)/10
Dimana T = lamanya terpapar tingkat kebisingan L dBA.
Contoh perhitungan Noise Dose
Aktifitas/operasi Durasi Noise level (dBA) PND
Grinding
Benchwork
Lunch 2 jam
5 jam
1 jam 100
85
77 2.5
0.2
0.0063
2,7063
Untuk mengubah ke equivalent cotuonous level dipakai rumus :
Leq = 10 log DND + 90
= 4,3 + 90
= 94,3 dBA
IV. Dasar-dasar kontrol kebisingan
Dua pendekatan dasar untuk mengendalikan kebisingan adalah ;
1. Pengendalian pada sumber kebisingan
Pengendalian kebisingan sebaiknya dimulai pada sumbernya, dengan mengganti proses yang bising atau memodifikasi, sehingga kebisingannya berkurang. Macam-macam pengendalian dapat berupa :
• Perancangan mesin-mesin yang tenang / tidak berisik
• Pemberian mesin-mesin tenang
• Modifikasi mesin
• Menggunakan elemen-elemen yang fleksibel
• Perawatan mesin yang baik
2. Memotong jalur antara sumber kebisingan dan penerima kebisingan (termasuk pada pengendalian dengan pelindung telinga)
Memotong jalur transmisi kebisingan, langkah-langkahnya dapat berupa :
• Menambah jarak antara sumber bising dan penerima
• Menggunakan bantalan ahli vibrasi di bawah mesin
• Memakai personel enclosure
• Menggunakan bahan peredam suara
Personal Hearing Protection
Bila pengendalian kebisingan secara teknis maupun administrasi tidak mengurangi kebisingan sampai batas yang dikehendaki, maka pekerja sebaiknya dilengkapi dengan pelindung pendengaran yang efektif. Untuk perlindungan yang efektif, alat pelindung perlu dipakai setiap saat oleh pekerja di tempat-tempat bising.
Macam-macam pelindung pendengaran
Pada prinsipnya ada 2 jenis alat pelindnng pendengaran, yaitu sumbat telinga dan tutup telinga
1. Sumbat telinga (earplug)
Sumbat telinga yang baik dapat menahan suara dengan frekuensi tertentu saja, sedang frekuensi untuk bicara biasa (komunikasi) tidak terganggu. Kelemahan sumbat telinga antara lain :
• Ukuran tidak tepat dengan ukuran lobang telinga pemakai
• Kadang-kadang lobang telinga kanan tidak sama dengan lobang telinga kiri
Biasanya terbuat dari karet, plastik keras, plastik lunak, lilin, dan kapas. Yang sering dipakai adalah dari jenis karet dan plastik lunak, karena bisa menyesuaikan dengan bentuk lobang telinga. Daya lindung (atenuasi)nya berkisar antara 25-30 dB. Kebocoran sedikit saja dapat mengurangi atenuasi sampai dengan 15 dB. Sumbat telinga dari lilin, bisa dari lilin murni atau dilapisi kertas/kapas. Kelemahannya sangat terpengaruh oleh iklim panas sehingga ukurannya berkurang dan lekas kotor. Sumbat telinga dari kapas atenuasinya paling kecil, yaitu 2-12 dB.
2. Tutup telinga (earmuff)
Pelindung ini mempunyai beberapa keuntungan :
• Ukuran cocok dengan sebagian besar telinga pemakainya
• Mempunyai daya atenuasi lebih tinggi
Pada frekuensi biasa( ± 4000 Hz) = 25 -30dB
Pada frekuensi 2800 - 4000 Hz = 25 - 45 dB.
Untuk keadaan khusus dapat dikombinasikan antara tutup telinga dan sumbat telinga, sehingga daya atenuasinya dapat lebih tinggi, tapi tidak dapat mencapai lebih dari 50 dB karena hantaran suara melalui tulang kepala masih ada.
Efek-Efek yang merugikan dari kebisingan
kebisingan dapat menimbulkan efek yang merugikan terhadap manusia, tidak hanya kemungkinan kerusakan pendengaran tetapi dapat lebih jauh lagi, yaitu menyebabkan gangguan komunikasi dan efisiensi kerja.
Efek-efek yang merugikan pada manusia meliputi ;
1. Temporary hearing loss atau Temporary Threshold Shift (TTS)
Bila telinga dikenai Sound Pressure Level yang sedang atau tinggi untuk waktu yang singkat, temporary hearing loss mungkin akan dialami. Hal ini dapat ditandai dengan adanya kenaikan tingkat ambang pendengaran. TTS bisa juga disertai dengan telinga yang berdengung secara kontinyu yang disebut tinnitus. Recovery dan efek ini memerlukan waktu dan tergantung pada tingkat paparan kebisingan. Bila paparan kebisingan begitu hebat atau sering terjadi berulang-ulang maka sebelum rceovery TTS berlangsung sempurna kemungkinan akan berubah menjadi Permanent Hearing Loss. Gambar dibawah menjelaskan pemaparan tingkat kebisingan dan waktu yang diperlukan untuk recovery :
2. Permanent Hearing Loss atau Permanen Threshold Shift (PTS)
Permanent Threshold shift bisa disebabkan oleh :
a. Acoustic rauma
Suara ledakan yaitu hebat dapat memecahkan gendang telinga. merusakan ossicles dan menghancurkan sel-sel sensor pendengaran dari organ cortl dan sekelilingnya. Bila tingkat kebisingan diatas 140 dB maka kerusakan pendengaran akan segera terjadi.
b. Chronic noise-induce hearing loss
Terpapar kebisingan yang berulang-ulang dan berlangsung selama bertahun-tahun dapat menyebabkan permanent hearing loss. Gambar berikut menunjukan serangkaian audiogram yang diambil dari orang. yang menderita hilang pendengaran pada berbagai tingkat kebisingan
3. Gangguan Komunikasi
Kebisingan akan menyebabkan seseorang kesulitan berkomunikasi satu sama lain karena satu suara akan menutup suara yang lain. Kesulitan ini akan mulai muncul terutama bila tingkat kebisingan melibihi 90 dBA. Gambar dibawah menunjukkan kualitas komunikasi yang dipengaruhi oleh tingkat kebisingan dan jarak bicara komunikasi
4. Efek-Efek lain
Meskipun penelitian terhadap efek kebisingan belum begitu lengkap, namun kelihatan bahwa kebisingan dapat menyebabkan denyut nadi meningkat, tekanan darah bertambah dan penyempitan pembuluh darah. Setelah melewati waktu yang lama dapat menambah beban jantung. Pekerja yang terpapar kebisingan kadang-kadang mengeluh gelisah, tidak dapat tidur dan kecapaian.
Bravo, what necessary words..., an excellent idea
BalasHapus